LUMAJANG, iNewsLumajang.id – Di balik aroma masakan yang mengepul dari dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Kabupaten Lumajang, tersimpan kisah tentang tumbuhnya ekonomi warga. Program Makanan Bergizi Gratis (MBG) tak hanya menghadirkan asupan sehat bagi anak-anak sekolah, tetapi juga membuka peluang bagi petani dan pelaku usaha lokal.
Salah satu yang merasakan dampak positifnya adalah Arif Hermawan, petani muda asal Kecamatan Kedungjajang. Sejak lama, Arif menanam berbagai jenis sayuran dengan sistem hidroponik dan memasok hasil panennya ke sejumlah pelaku usaha kuliner. Namun, kehadiran SPPG membuka jalur pemasaran baru yang lebih stabil.
“Sekarang saya rutin menyuplai sekitar 30 kilogram sayuran setiap minggu ke SPPG Klakah. Sayurannya digunakan untuk menu anak-anak penerima MBG,” ujarnya dengan senyum saat ditemui, Jumat (10/10/2025).
Adanya permintaan tetap dari dapur SPPG membuat Arif mengubah pola tanamnya. Ia kini menata siklus panen agar pasokan sayur tetap lancar setiap minggu, tidak hanya untuk SPPG tetapi juga pelanggan lama.
“Kami atur pola tanam supaya bisa panen tiap minggu. Jadi semua kebutuhan bisa terpenuhi,” tambahnya.
Kegiatan di dapur SPPG mungkin terlihat sederhana—memasak, mengemas, dan menyalurkan makanan. Namun di balik aktivitas itu, roda ekonomi masyarakat terus bergerak. Setiap porsi makanan yang dihasilkan merupakan hasil sinergi antara petani, nelayan, dan UMKM penyedia bahan baku.
Program ini tidak hanya berfungsi sebagai dapur penyedia gizi, tetapi juga wadah pemberdayaan ekonomi masyarakat. Di sinilah konsep pembangunan inklusif Lumajang tampak nyata: kesejahteraan tidak hanya dirasakan di meja makan, tetapi juga di ladang dan tempat usaha warga.
Bagi Arif, keterlibatannya dalam program SPPG bukan sekadar peluang bisnis, melainkan bentuk kolaborasi sosial.
“Program ini seperti gotong royong modern. Kami jadi lebih semangat menjaga kualitas panen karena tahu hasilnya bermanfaat untuk anak-anak Lumajang,” katanya.
Dengan sistem rantai pasok yang jelas, pelaku usaha lokal kini memiliki kepastian pasar. Tak ada lagi hasil tani yang terbuang, karena semua terserap melalui mekanisme kerja sama antara dapur SPPG, petani, dan masyarakat penerima manfaat.
Editor : Diva Zahra
Artikel Terkait