50 Hektare Lahan Tanaman Tembakau Mati Terendam Air Hujan, Petani di Lumajang Terjerat Utang Bank

LUMAJANG, iNewsLumajang.id – Nasib pilu dialami para petani tembakau di Kabupaten Lumajang dalam beberapa hari terakhir, lantaran hujan yang tak kunjung berhenti.

Akibat diguyur hujan selama tiga hari terakhir, 50 hektar lahan tanaman tembakau yang tersebar di enam desa terendam air hingga membusuk dan mati.

Baca Juga

Cerita Legenda Gunung Semeru, Dibawa Dewa Wisnu dan Dewa Brahma dari India ke Pulau Jawa

Cerita pilu itu salah satunya dialami oleh Ahmad Nur Wahid (55) petani tembakau di Desa Karanglo, Kecamatan Kunir. Lahan tanaman seluas satu hektar milik pria paruh baya tersebut terendam air, akibatnya seluruh tanaman tembakau jenis Burley yang masuk usia dua bulan mati.

Padahal Wahid telah menghabiskan biaya kurang lebih Rp14 juta dari menjual sapi ternak miliknya, untuk membeli bibit tembakau dan biaya pupuk.

“Habis semua terendam air, ini sekitar 18 ribu tanaman tembakau jenis Burley mati usia tanam sekitar dua bulan. Padahal sudah menjual sapi 14 juta untuk bibit dan pupuk” ujar Wahid saat ditemui di lahan tembakaunya, Selasa (4/7/2023).

Nasib serupa juga dialami Muhammad Soleh (45) petani tembakau di Desa Kaliwungu, Kecamatan Kunir, yang tananam tembakaunya juga mati akibat terus diguyur hujan beberapa hari terakhir.

Bahkan akibat tembakaunya mati, Soleh kini terjerat hutang lantaran modal untuk membeli bibit dan pupuk diperoleh dari hasil pinjaman bank.

“Mati semua sudah tidak bisa diselamatkan (tembakau), sekarang ditambah harus bayar hutang ke bank” kata Soleh.

Sementara itu, Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia Kabupaten Lumajang, Dwi Wahyono mengatakan selain karena cuaca buruk, lahan kurang lebih 50 hektar rusak karena terendam luapan sungai yang mengalami sedimentasi.

Luasan lahan tersebut berada di enam desa diantaranya, Desa Kaliwungu, Nguter, Bades, Kabuaran, Wonosari, dan Desa Karanglo.

“Ya memang selain karena faktor cuaca sebagian besar lahan yang rusak akibat terendam luapan air sungai, luasannya sekitar 50 hektar yang tersebar di enam desa” ujar Dwi.

Terkait kerugian yang dialami petani tembakau, Dwi mengatakan per satu hektar petani diperkirakan rugi sekitar Rp25 juta.

“Ya kalo dikalkulasi kerugian, karena petani disini sebagian besar bukan pemilik lahan jadi kalau ditambah biaya sewa lahan, bibit dan pupuk bisa mencapai 25 juta kerugiannya” terang Dwi.

Sementara itu, kondisi ini memang diluar perkiraan para petani tembakau mengingat jika dilihat dari siklus cuaca, bulan Juli masih termasuk musim kemarau dan baik untuk tanaman tembakau.

Para petani tembakau di Kabupaten Lumajang kini berharap mendapatkan bantuan modal untuk menanam kembali bibit tembakau di lahannya agar dapat membayar hutang bank.

Editor : Diva Zahra