get app
inews
Aa Text
Read Next : Truk Tangki BBM Kecelakaan di Lumajang, Solar Tumpah Jadi Rebutan Warga

Petani Tembakau Lumajang Ubah Desain Gudang Pengering untuk Meminimalisir Kandungan TSNA

Kamis, 07 Agustus 2025 | 08:50 WIB
header img
Petani tembakau Lumajang ubah desain gudang pengering untuk meminimalisir kandungan TSNA. Foto: Yayan Nugroho

LUMAJANG, iNewsLumajang.id – Menjelang masa panen, para petani tembakau di Kabupaten Lumajang dihadapkan pada kekhawatiran besar. Ancaman tingginya kandungan Tobacco Specific Nitrosamines (TSNA) dalam tembakau kering dapat membuat hasil panen mereka ditolak oleh pabrik.

TSNA merupakan senyawa kimia bersifat karsinogenik yang terbentuk secara alami selama proses penanaman hingga pengolahan daun tembakau. Keberadaan senyawa ini dapat meningkatkan risiko kanker jika dikonsumsi dalam jangka panjang.

Sumitro, perwakilan dari PT Alliance One Indonesia, menjelaskan bahwa TSNA umumnya muncul saat proses pengeringan daun tembakau yang tidak optimal, terutama jika sirkulasi udara di dalam gudang pengering kurang maksimal.

“Kalau sirkulasi udara dalam gudang buruk, tembakau bisa menjadi lembab kembali. Dalam istilah petani, tembakau menjadi ‘ayem’. Inilah yang memicu terbentuknya TSNA,” ujarnya saat ditemui di Lumajang, Kamis (7/8/2025).

Dampaknya sangat merugikan. Jika kandungan TSNA terlalu tinggi, pabrik tidak akan menerima tembakau dari petani. Hal ini bahkan bisa memengaruhi keberlanjutan kemitraan antara perusahaan dengan petani di musim tanam berikutnya.

"Kalau TSNA tinggi, tembakau akan ditolak. Otomatis, petani akan rugi dan mitra seperti kami juga tidak bisa lagi menjalin kerja sama untuk musim tanam berikutnya," tambahnya.

Sebagai langkah pencegahan, perusahaan mulai mendorong perbaikan desain gudang pengering tembakau. Dari sebelumnya menyilang arah angin, kini dibuat sejajar dengan arah angin agar sirkulasi lebih baik dan pengeringan berlangsung optimal.

“Desain gudang kita ubah agar sirkulasi udara lancar. Selain itu, setelah tembakau kering, kami berikan pelatihan penyimpanan yang benar agar TSNA tidak muncul kembali,” jelas Sumitro.

Di sisi lain, Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Lumajang, Dwi Wahyono, mengungkapkan bahwa sekitar 20 persen dari total 1.220 hektare lahan tembakau mengalami pertumbuhan tidak normal. Salah satu penyebab utamanya adalah kondisi cuaca yang tidak menentu.

“Sebanyak 80 persen tanaman tumbuh normal, namun 20 persen mengalami hambatan. Cuaca menjadi salah satu faktor penyebabnya, dan ini bisa meningkatkan risiko kandungan TSNA,” ujar Dwi.

Dwi juga menyoroti minimnya jumlah gudang pengering yang layak di Lumajang. Ia menyebut satu gudang berukuran 8x6 meter hanya mampu menampung hasil panen dari lahan 0,75 hektare. Padahal, luas total lahan tembakau di daerah tersebut mencapai lebih dari 1.220 hektare.

"Jika dihitung, dibutuhkan setidaknya 1.626 unit gudang pengering untuk menampung seluruh hasil panen. Jumlah yang ada saat ini masih jauh dari cukup," tambahnya.

Ia pun berharap adanya dukungan pemerintah dalam pengadaan gudang pengering, selain membuka akses permodalan bagi petani melalui kemitraan.

“Pemerintah perlu hadir untuk membantu memenuhi kebutuhan gudang, selain itu petani juga bisa mengajukan kredit kepada mitra untuk membangun gudang secara mandiri,” pungkasnya.

Editor : Diva Zahra

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut