get app
inews
Aa Read Next : Puluhan Jurnalis di Lumajang Lakukan Aksi Tutup Mulut Tolak RUU Penyiaran

450 Hektare Tanaman Padi di Lumajang Terancam Gagal Panen Akibat Serangan Hama Wereng dan Tikus

Jum'at, 23 Februari 2024 | 21:33 WIB
header img
Ditengah mahalnya harga beras, ratusan hektar tanaman padi rusak diserang hama wereng (foto:Yayan Nugroho)

LUMAJANG, iNewsLumajang.id - Ditengah melonjaknya harga beras, petani di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, harus menghadapi ancaman gagal panen yang menghantui.

Ratusan hektar sawah, dengan luas mencapai 450 hektar, saat ini terancam rusak akibat serangan hama wereng dan tikus. Kondisi ini, berlangsung sejak seminggu terakhir, yang menimbulkan kekhawatiran di kalangan para petani.

Salah satu wilayah yang terdampak adalah Desa Karanganom dan Pagowan, yang terletak di Kecamatan Pasrujambe, puluhan hektar tanaman padi mengering dan berubah warna menjadi kuning karena diserang oleh hama wereng dan tikus.

 Situasi ini dipicu oleh kondisi tanah yang kurang baik akibat kekurangan air yang disebabkan oleh cuaca ekstrem.

Abdul Aziz, seorang petani di Desa Pagowan, mengungkapkan bahwa serangan hama telah terjadi dalam satu pekan terakhir. Kondisi ini mengancam hasil panennya untuk kedua kalinya.

"Hama wereng dan tikus paling banyak. Sudah dua kali gagal panen, pertama wereng lalu tikus juga menyerang. Padahal sudah tidak bisa menikmati hasil panen," ujar Abdul Aziz pada Jumat (23/2/2024).

Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Lumajang, Ishak Subagyo, mengungkapkan bahwa data yang dikumpulkan hingga saat ini menunjukkan hampir 450 hektar sawah di 21 Kecamatan terkena serangan hama wereng dan tikus.

"Kebanyakan serangan disebabkan oleh hama tikus dan wereng. Data yang kami terima mencakup hampir 450 hektar dari 21 Kecamatan. Perubahan musim ini sangat dirasakan oleh petani," katanya.

Di sisi lain, meskipun harga gabah sedang tinggi mencapai Rp8000 per kilogram, para petani tidak dapat menikmati hasil panen karena produksi gabah menyusut hampir separuh dari biasanya.

"Harga gabah sebenarnya sedang bagus, tapi petani tidak bisa menikmati kenaikan harga tersebut. Biasanya 6,5 ton sekarang hanya bisa 4 ton," ungkap Ishak.

Kondisi ini telah mencapai kategori darurat, sehingga Ishak mengajak para petani untuk memperhatikan kondisi lahan mereka dengan mengubah pola perawatan lahan pertanian.

"Kami mendesak pemerintah karena situasinya sudah darurat. Kita harus mengubah pola perawatan lahan pertanian untuk memastikan kelangsungan produksi. Sekarang pupuk itu harus menjadi makanan tanah. Tanpa tanah yang sehat, pupuk sebanyak apapun tidak akan efektif dan tingkat keasaman tanah akan tetap tinggi seperti sekarang ini," terangnya.

 

Editor : Yayan Nugroho

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut