Tradisi Undhuh-undhuh Tunjungrejo: Syukur Panen, Harmoni Sosial, dan Pelestarian Budaya

Galih Mega
Tradisi Undhuh-undhuh, membawa hasil panen dari ladang dan kebun sebagai bentuk syukur Masyarakat desa Tunjungrejo (foto:Galih Mega)

LUMAJANG, iNewsLumajang.id – Denting gamelan, aroma hasil bumi, dan semangat warga mewarnai pagi cerah di Desa Tunjungrejo, Kecamatan Yosowilangun, Minggu (18/5/2025). Ratusan warga tampak antusias mengikuti prosesi tradisi Undhuh-undhuh, membawa hasil panen dari ladang dan kebun mereka sebagai bentuk syukur atas berkah alam.

Tradisi yang digelar dua kali dalam setahun oleh Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) Tunjungrejo ini bukan sekadar seremoni panen, melainkan perayaan budaya agraris yang sarat makna spiritual, sosial, dan kearifan lokal.

Arak-arakan dari 26 Kelompok Rukun Warga (KRW) menampilkan hasil bumi yang dikemas dalam anyaman bambu dan daun pisang, memperlihatkan kekayaan tradisi sekaligus penghargaan masyarakat terhadap alam sebagai sumber kehidupan.

Lantunan kidung berbahasa Jawa dan doa syukur mengiringi langkah peserta menuju gereja, mempererat nilai-nilai spiritual dan kebersamaan lintas generasi. Momen ini menjadi ruang dialog antar komunitas, memperkuat toleransi yang telah lama hidup berdampingan di desa tersebut.

Dalam khotbahnya, Pdt. Sutrijo mengingatkan pentingnya menjaga bumi sebagai amanah dari Tuhan.

“Tuhanlah empunya bumi dan segala isinya. Kita diberi tanggung jawab untuk merawatnya,” ujarnya, menekankan pentingnya kesadaran kolektif menjaga lingkungan dan harmoni sosial.

Usai ibadah, kegiatan dilanjutkan dengan bazar hasil bumi. Produk panen yang telah dikumpulkan dijual kembali kepada warga, menjadi sarana penguatan ekonomi komunitas serta mempererat interaksi sosial di antara warga desa.

Tradisi Undhuh-undhuh juga memperlihatkan potret toleransi yang hidup. Hadir dalam acara ini sejumlah tokoh lintas agama, perwakilan pondok pesantren, aparat keamanan, dan pejabat pemerintahan. Mereka turut serta dalam prosesi sebagai wujud dukungan terhadap pelestarian budaya dan keharmonisan antarumat.

Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Sekda Kabupaten Lumajang, Paiman, turut mengapresiasi semangat warga dalam melestarikan tradisi ini.

“Undhuh-undhuh bukan sekadar ajang syukur, tetapi juga identitas budaya yang patut kita jaga bersama. Tradisi ini berpotensi menjadi daya tarik wisata berbasis kearifan lokal dan keberagaman,” ujarnya.

Sari, seorang ibu rumah tangga warga setempat, menilai Undhuh-undhuh sebagai tradisi yang mengajarkan nilai syukur sekaligus menghormati sesama.

“Kami belajar untuk hidup rukun, saling menghargai, dan bekerja bersama tanpa memandang perbedaan,” ungkapnya.

Sebagai penutup rangkaian acara, pelepasan burung merpati dilakukan sebagai simbol perdamaian dan harapan. Tindakan simbolis ini mencerminkan harapan masyarakat untuk terus menjaga harmoni dengan alam dan sesama manusia.

Ketua panitia, Darmo Swasono, menegaskan bahwa meskipun kegiatan ini digelar secara sederhana, nilai yang terkandung di dalamnya sangat besar.

“Undhuh-undhuh adalah cermin kearifan lokal yang mengajarkan kita arti syukur, kerja keras, dan toleransi,” tegasnya.

 

Editor : Diva Zahra

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network