LUMAJANG, iNEWSLumajang.id – Sejak pagi, Maryani (50) telah sibuk membungkuk, memilah, dan mengumpulkan batu-batu yang terbawa arus, di tepi pantai Bambang, Desa Bago, Kecamatan Pasirian, Lumajang. Tangannya yang mulai keriput terus meraih butiran batu yang berserakan di pasir. Meski ombak besar membawa risiko, ia tetap gigih mencari batu demi memenuhi kebutuhan hidup.
“Biasanya kalau sendiri bisa dapat 10 karung batu dalam sehari. Ini mumpung ombaknya tinggi, batunya banyak muncul. Walaupun takut, tetap dijalani karena sekarang batunya banyak,” ujar Maryani sambil mengusap air laut dari wajahnya.
Sementara itu, di tengah kesibukan mengumpulkan batu, Ngatiman (57), pencari batu lainnya, duduk di atas karung yang telah terisi penuh. Keringat bercampur pasir menempel di lengannya. Ia mengakui bahwa gelombang pasang membawa keuntungan, tetapi juga ancaman besar bagi mereka yang bergantung pada hasil laut.
“Kalau ombak kecil, batu yang muncul lebih sedikit. Sampai-sampai dua hingga tiga minggu bisa tidak ada yang bisa dikumpulkan untuk dijual. Jadi, kalau ombak tinggi, banyak yang tetap turun ke pantai meski risikonya lebih besar,” ungkapnya sambil menatap laut lepas.
Risiko yang dihadapi para buruh batu bukan sekadar terpeleset atau terseret arus. Beberapa di antara mereka pernah mengalami kejadian berbahaya saat ombak besar tiba-tiba datang, menyeret batu dan pasir dalam jumlah besar. Tak jarang, mereka harus berlindung di balik bongkahan karang atau segera naik ke daratan agar tak terbawa arus balik.
“Kalau ombak pasang, batu lebih banyak, jadi penghasilannya juga lebih besar. Tapi memang lebih berbahaya, jadi harus lebih hati-hati. Apalagi kalau air laut mulai surut lagi, biasanya ombak bisa datang lebih besar,” tambah Maryani.
Di Pantai Bambang, pencarian batu bukan sekadar pekerjaan, melainkan jalan hidup. Tak ada jaminan penghasilan tetap, tak ada perlindungan asuransi. Semua bergantung pada kemurahan alam. Saat musim hujan tiba dan ombak semakin ganas, para buruh batu harus bersiap menghadapi ketidakpastian.
Kadang mereka pulang dengan karung-karung penuh batu, tetapi tak jarang mereka harus menunggu berhari-hari untuk mendapatkan hasil yang layak.
Bagi Maryani dan Ngatiman, bertaruh nyali di tengah ombak bukanlah pilihan, melainkan keharusan. Demi menyambung hidup, mereka terus bertahan, berharap laut masih memberi mereka rezeki esok hari.
Editor : Diva Zahra
Artikel Terkait