Mengenal Wali Songo, Benarkah Memiliki Garis Keturunan Nabi Muhammad SAW?

LUMAJANG, iNewsLumajang.id - Kehadiran Wali Songo, sembilan tokoh ulama yang berperan besar dalam penyebaran agama Islam di Nusantara, selalu menjadi topik menarik dan kontroversial. Salah satu pertanyaan yang sering diajukan adalah apakah mereka benar-benar keturunan Nabi Muhammad SAW.
Mengutip berbagai sumber pada Kamis, 7 September 2023, kalangan pesantren di Indonesia kerap mengklaim bahwa garis keturunan Wali Songo bermula dari Sunan Gresik, yang dikenal sebagai Maulana Malik Ibrahim. Maulana Malik Ibrahim adalah tokoh utama dalam silsilah keturunan ini.
Dalam tradisi pesantren di Jawa, Maulana Malik Ibrahim dikenal sebagai guru utama. Bahkan, beberapa menyebutnya sebagai "Spiritual Father" atau guru spiritual dari sembilan wali. Menurut sanad atau nasab, pesantren-pesantren tua di Indonesia juga menyatakan memiliki hubungan keturunan langsung dengan Rasulullah SAW melalui Wali Songo.
Namun, sebagian besar yang memiliki nasab ini cenderung merahasiakannya dan tidak mengumumkan diri sebagai keturunan Wali Songo atau Nabi Muhammad SAW. Bahkan mengaku sebagai anak kiyai pun dihindari karena khawatir tidak mampu menjaga kehormatan keluarga mereka sebagai tokoh ulama yang dihormati.
Tanggung jawab moral yang besar ada pada mereka yang memiliki nasab mulia, dan mereka sangat berhati-hati untuk tidak menggunakan hubungan tersebut untuk meraih pengaruh di masyarakat.
Berikut ini adalah penjelasan singkat mengenai sembilan Wali Songo yang memainkan peran kunci dalam penyebaran agama Islam di Indonesia:
Dikenal dengan nama Syekh Magribi, berasal dari Samarkand, Asia Tengah, dan menyebarkan Islam di Gresik, Jawa Timur. Dia mengajarkan bercocok tanam, mendirikan pesantren, dan membangun surau. Wafat pada tahun 1419 dan dimakamkan di Kampung Gapura, Gresik, Jawa Timur.
Nama asli Raden Muhammad Ali Rahmatullah, berasal dari kerajaan Campa (Vietnam). Menyebarkan Islam di Surabaya dengan ajaran "Moh Limo" yang melarang judi, mabuk, mencuri, candu, dan berzina.
Nama asli Muhammad Ainul Yaqin, dikenal dengan berdakwah melalui seni tembang Macapat seperti Pucung dan Asmarandana. Wafat pada tahun 1506 dan dimakamkan di Dusun Giri Gajah, Gresik.
Putra Sunan Ampel, menyebarkan Islam melalui akulturasi budaya di Tuban, Rembang, Pulau Bawean, hingga Madura. Wafat pada tahun 1525, memiliki dua makam di Tuban dan Pulau Bawean.
Dakwahnya dari pesisir Gresik hingga Lamongan dengan seni suluk dan tembang pangkur.
Memulai dakwah di Cirebon, Pamanukan, hingga Indramayu. Menggunakan seni wayang dan kearifan lokal dalam dakwah. Wafat pada tahun 1513 dan dimakamkan di Desa Kadilangu, Demak, Jawa Tengah.
Dakwah mencakup Jepara, Tayu, Juana, Kudus, dan Pati. Mengajarkan berdagang, bercocok tanam, dan melaut, serta melalui kesenian gamelan. Menciptakan Tembang Macapat Sinom dan Kinanti. Wafat pada tahun 1551 dan dimakamkan di Desa Colo, Kudus.
Nama asli Jaffar Shadiq, dikenal dengan panggilan Raden Undung. Dakwahnya unik dengan menggunakan sapi Kebo Gumarang. Menciptakan Tembang Macapat Gending, Maskumambang, dan Mijil. Wafat sekitar tahun 1550 dan dimakamkan di lingkungan Menara Kudus.
Pendiri Kesultanan Cirebon dan Banten. Mendekati masyarakat dengan pendekatan budaya dan membangun infrastruktur di wilayahnya. Wafat pada tahun 1968 dan dimakamkan di puncak Bukit Sembung, Cirebon.
Wali Songo tetap menjadi sosok penting dalam sejarah Islam Nusantara, dengan ajaran-ajaran dan warisan budaya yang berdampak luas pada masyarakat Indonesia. Meskipun keturunan mereka menjadi perdebatan, pengabdian mereka dalam menyebarkan Islam di tanah air tetap dihargai dan dihormati.
Editor : Diva Zahra