LUMAJANG, iNewsLumajang.id – Warga di kaki Gunung Semeru di Desa Wonokerto, Kecamatan Gucialit, Kabupaten Lumajang, menggelar tradisi Ujung, Senin (14/8/2023).
Dalam tradisi Ujung ini , dua peserta bergantian memukul satu sama lain dengan senjata rotan. Setiap peserta diberi kesempatan untuk memberikan lima pukulan secara bergantian.
Peserta yang berhasil memberikan pukulan terbanyak pada bagian punggung lawan akan diumumkan sebagai pemenang.
Dalam tradisi Ujung ini pukulan ke depan, termasuk wajah, dada, dan area sensitif lainnya, dilarang secara tegas.
Meskipun intensitas fisik dari tradisi ini tinggi, akar nilainya berpusat pada semangat persaudaraan dan saling menghormati.
Para peserta, meski terlibat dalam pertarungan, menunjukkan etika yang luar biasa dan saling menghargai.
Setelah pertandingan berakhir, para peserta terlihat berpelukan dengan tulus, tanpa adanya rasa dendam yang tersisa.
“Sudah turun-temurun, untuk menambah keberanian saja tidak ada maksud lain, setelah bertarung tetap saudara” ujar Satuman, salah seorang peserta tradisi Ujung.
Tradisi Ujung memiliki tujuan yang melebihi aspek fisiknya, tradisi ini dilakukan sebagai permohonan hujan selama musim kemarau, dengan harapan sumber air desa tetap terjaga.
“Selain untuk selamatan desa, tradisi Ujung ini juga dilakukan untuk memohon hujan, agar sumber air di desa kami tetap terjaga” kata Tupin, kepala desa Wonokerto.
Partisipasi dalam ritual Ujung ini memerlukan pelatihan, mengingat peserta harus menahan pukulan dari rotan, bahkan tak jarang beberapa peserta menjalani ritual khusus agar tidak merasakan sakit saat terkena rotan.
Warga desa Wonokerto menjaga tradisi unik ini bukan hanya sebagai bentuk permohonan hujan, melainkan juga sebagai simbol persatuan dan hubungan tak tergoyahkan mereka dengan tanah dan sesama warga desa.
Editor : Diva Zahra
Artikel Terkait