get app
inews
Aa Read Next : Breaking News! Polres Lumajang Gerebek Ladang Ganja Amankan 365 Batang Tanaman Ganja

Sensasi Menikmati Konser Musik di Tepi Danau Cantik Ranu Pani Ditengah Suhu Dingin 8 Derajat Celcius

Senin, 04 September 2023 | 16:08 WIB
header img
Mahameru Akustik, pertunjukan musik di ketinggian 2.100 MDPL dengan suhu dingin mencapai 8 derajat Celcius (foto: Yayan Nugroho)

LUMAJANG, iNewsLumajang.id - Suasana malam sunyi dan dingin yang biasanya ada di Danau Ranupani, Desa Ranupani, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur mendadak dikerumuni ratusan pasang.

Mereka berbondong-bondong datang ke Ranupani hanya ingin merasakan sensasi menonton konser akustik di ketinggian 2.100 meter diatas permukaan laut (mdpl).

Pagelaran musik perdana yang digelar Pemerintah Kabupaten Lumajang bertajuk Mahameru Akustik ini digelar di Amfiteater tepat di pinggir hamparan air Danau Ranupani, Sabtu (2/9/2023) malam.

Satu per satu, grup musik lokal hingga nasional memukau ratusan pengunjung yang datang kala itu.

Pemandangan Danau Ranupani dengan latar perbukitan dan kabut tipis, dipadu dengan kilauan cahaya lampu panggung warna-warni menambah eksotika konser.

Ditambah, suasana dingin dengan suhu 8 derajat celsius dari hembusan angin danau diiringi lagu-lagu akustik dengan alunan melodinya membuat malam minggu di Ranupani terasa semakin syahdu.

Kebanyakan, pengunjung merupakan kalangan muda. Meski tidak sedikit pula yang datang bersama keluarga dan anak-anaknya.

Tidak hanya dari Lumajang, Mahameru Akustik ternyata juga menyedot animo warga dari kabupaten tetangga.

Riffa, pengunjung asal Kabupaten Malang salah satunya, untuk bisa menonton mahameru akustik di Ranupani, ia rela melintasi jalur memutar via Probolinggo dengan jarak tempuh lebih dari 5 jam perjalanan.

Jalan memutar dipilihnya lantaran jalan terdekat via Bantengan dengan jarak kurang dari dua jam terjadi kebakaran hutan dan lahan yang telah berlangsung sejak Rabu (30/8/2023).

Meski jalan itu tidak ditutup, kata Riffa, ia lebih memilih menghindari resiko dengan melintasi jalan memutar demi bisa menyaksikan idolanya tampil.

"Dari Malang, lewat Probolinggo, kan disini (Bantengan) ada kebakaran, ingin lihat Pusakata nyanyi akad," kata Riffa.

"Gak rugi karena keren pemandangannya, tapi dinginnya bikin menggigil padahal udah pakai jaket dobel," tambahnya.

Vinda, pengunjung lainnya dari Kecamatan Senduro menceritakan, perjuangannya bisa menonton konser ini.

Kata Vinda, ia harus berebut tiket dengan ribuan orang lainnya untuk bisa menonton idolanya secara langsung karena kuota penonton terbatas.

Meski menonton konser ini gratis, setiap hari Vinda harus melihat akun instagram resmi milik Dinas Pariwisata Kabupaten Lumajang @pariwisata_lumajang agar tidak ketinggalan jadwal pendaftaran penonton.

Awalnya, Vinda ingin mendaftar 2 tiket untuk dirinya dan sang ayah. Sayang, animo yang begitu tinggi membuatnya hanya mendapat 1 tiket.

"Begitu tahu ada mahameru akustik, setiap hari lihat instagram terus, awalnya mau lihat sama ayah, tapi gak kebagian jadi lihat sendiri," ungkapnya.

Musisi dan Pengunjung Diwajibkan Tanam Pohon

Alam indah yang dimiliki Desa Ranupani tidak ingin disia-siakan begitu saja dengan cara melakukan pembangunan terus menerus tanpa memperhatikan kelestarian lingkungan.

Oleh karenanya, kini, para pengunjung Ranupani diwajibkan menanam satu pohon sebelum meninggalkan kawasan wisata.

Hal ini juga berlaku bagi para musisi dan penonton konser Mahameru Akustik saat itu dan akan diberlakukan sebagai kebijakan yang wajib dipenuhi oleh siapapun yang hendak berkunjung ke Ranupani.

Kebijakan itu bukan tanpa alasan. Pasalnya, Ranupani kerap diterjang bencana banjir dan longsor saat musim hujan mulai mengguyur.

"Kita ingin ada keseimbangan, boleh berkegiatan tapi harus perhatikan lingkungan. Jangan buang sampah sembarangan dan tanamlah 1 pohon sebelum pergi," kata Bupati Lumajang Thoriqul Haq.

Bangkitkan Wisata Ranupani

Pasca rentetan musibah mulai dari pandemi covid-19 dan erupsi Gunung Semeru tahun 2021 dan 2022, kawasan wisata Ranupani memang sempat tertidur beberapa saat.

Kondisi itu, dimanfaatkan pemerintah untuk membangun berbagai infrastruktur utama dan penunjang. Termasuk ampfiteater, museum tengger, hingga infrastruktur pendukung seperti akses jalan menuju Ranupani.

Event kali ini, dimaksudkan untuk membangkitkan kembali salah satu kawasan strategis pariwisata nasional yang sebelumnya sangat ramai pengunjung.

Baik itu yang ingin berkemah di Ranu Regulo (danau yang terletak bersebelahan dengan Ranupani), melihat fenomena frozen Ranupani di pagi hari, hingga mendaki puncak Gunung Semeru.

"Kita habis diterpa musibah ya mulai covid sampai erupsi sehingga Ranupani yang jadi gerbang pendakian Semeru ini sepi pengunjung. Saat itu kita evaluasi sambil membangun beberapa infrastruktur, begitu semua selesai saat ini kita ingin bangkitkan lagi Ranupani dimulai dengan event semacam ini," kata Thoriq.

Thoriq menjelaskan, bernyanyi dengan suhu rendah punya tantangan tersendiri bagi musisi yang tampil. Tidak hanya itu, penonton juga dituntut dalam kondisi fit saat melihat konser ini. Pasalnya, suhu terendah di Ranupani bisa mencapai 4 derajat celsius.

Meski begitu, Thoriq tidak ingin event yang semeriah ini hanya sekali diadakan. Menurutnya Mahameru akustik akan diadakan setiap tahun di musim kemarau.

"Memang ini konsepnya akustik ya jadi ini ingin fokus kembali ke alam jadi ya musiknya musik yang kesannya atau karakternya karakter yang lebih natural, jadi saya ingin ini akan menjadi Event tahunan akustik Mahameru. apalagi yang nonton juga tadi segmennya macam-macam ya, ada mahasiswa ada yang dari luar kota Lumajang ," ujar Thoriq

"Tentu harus kita sampaikan kepada teman-teman yang akan mengisi acara di sini untuk supaya prepare terutama pakaiannya ini sekarang 8 derajat apalagi semakin malam tentu semakin dingin ya," tambahnya.

Kedepan, semua pertunjukan seni dan budaya bisa ditampilkan di amfiteater Ranupani Lumajang.

Sebelumnya, pagelaran seni dan budaya bertajuk Tengger Festival juga digelar di Amfiteater Ranupani dengan berbagai penampilan tari tradisional khas suku tengger.

"Semoga ini tidak hanya event akustik Semoga ke depan ada event yang lain, musik mungkin dengan segmen yang lain atau genre yang lain," pungkasnya.

Editor : Diva Zahra

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut