LUMAJANG, iNEWSLumajang.id – Sorak-sorai penonton menggema di Lapangan Desa Jatirejo, Kecamatan Kunir, Lumajang, saat Karapan Kambing kembali digelar pada Senin (10/2/2025). Di bawah terik matahari, ratusan warga antusias menyaksikan perlombaan yang telah menjadi tradisi tahunan ini.
Acara tersebut tidak hanya menjadi ajang kompetisi, tetapi juga mempererat silaturahmi para peternak dari berbagai daerah di Tapal Kuda, seperti Lumajang, Jember, dan Probolinggo.
Karapan Kambing memiliki konsep serupa dengan Karapan Sapi di Madura, namun dalam skala lebih kecil dan menggunakan kambing sebagai pesertanya.
Dalam perlombaan ini, kambing-kambing yang telah dilatih dilepas di lintasan sepanjang 200 meter, dengan suara gemerincing kaleng di ekornya sebagai pemacu semangat. Kambing yang mencapai garis finis lebih dulu dinyatakan sebagai pemenang.
Kepala Desa Jatirejo, Richo Prile Jevise, menjelaskan bahwa kegiatan ini bukan sekadar hiburan, tetapi juga bagian dari pelestarian budaya lokal.
"Kami ingin menjadikan Karapan Kambing sebagai ikon desa yang tidak hanya menarik wisatawan, tetapi juga menggerakkan perekonomian warga," ujarnya.
Sejak pagi, peserta dari berbagai daerah telah mempersiapkan kambing andalan mereka. Ada yang memandikan, mengelus punggung hewan peliharaannya, hingga memberikan ramuan herbal agar stamina tetap terjaga.
Mustofa, seorang peserta dari Jember, mengungkapkan rahasia perawatan kambingnya.
"Kambing saya diberi jamu dari telur, kunyit, dan madu. Setiap pagi dan sore kami latih berlari agar terbiasa," katanya dengan bangga.
Saat perlombaan dimulai, suasana arena dipenuhi ketegangan. Para pemilik berdiri di ujung lintasan, siap menyemangati kambing mereka. Begitu aba-aba diberikan, puluhan kambing berlari kencang, didorong oleh suara gemerincing kaleng yang mengiringi langkah mereka.
Sorak-sorai semakin riuh saat beberapa kambing melesat cepat menuju garis finis, sementara yang lain justru berhenti di tengah lintasan, kebingungan dengan situasi sekitarnya. Meski demikian, seluruh peserta tetap menikmati perlombaan dengan penuh kegembiraan.
Pada akhir perlombaan, juara pertama berhak membawa pulang piala penghargaan serta hadiah utama berupa satu unit kulkas. Juara kedua dan ketiga masing-masing mendapatkan kambing sebagai bentuk apresiasi atas kerja keras mereka. Namun, bagi para peserta, kemenangan bukanlah segalanya.
"Yang penting adalah kebersamaan dan keseruannya," ujar Mahfud, salah satu tokoh desa.
Selain menjadi ajang hiburan dan silaturahmi, Karapan Kambing juga memberikan dampak ekonomi yang signifikan. Selama acara berlangsung, banyak pedagang makanan, minuman, serta peralatan ternak yang meraup keuntungan besar.
Siti, seorang pedagang makanan tradisional, mengaku mendapatkan penghasilan berlipat ganda dibandingkan hari biasa.
"Biasanya saya jualan di pasar, tapi kalau ada Karapan Kambing begini, dagangan saya laris manis," katanya sambil melayani pembeli.
Tak hanya para pedagang, peternak kambing pun merasakan dampaknya. Kambing yang pernah memenangkan perlombaan biasanya dihargai lebih tinggi di pasaran, bahkan ada yang dibeli dengan harga dua kali lipat dari harga normal.
Menurut Kepala Desa Richo, Karapan Kambing memiliki potensi besar sebagai wisata berbasis kearifan lokal yang berkelanjutan.
"Jika dikelola dengan baik, tradisi ini bisa menarik wisatawan, meningkatkan perekonomian warga, sekaligus melestarikan budaya," jelasnya.
Dengan semangat yang terus terjaga, masyarakat Jatirejo berharap tradisi ini tetap lestari, menjadi warisan budaya yang tidak hanya menghidupkan ekonomi desa, tetapi juga mempererat kebersamaan.
"Karapan Kambing bukan sekadar soal menang atau kalah, tetapi tentang bagaimana kita menjaga tradisi dan membangun masa depan bersama," pungkasnya.
Editor : Diva Zahra
Artikel Terkait
